Selasa, 20 Oktober 2009

SKIZOFRENIA HEBEFRENIK

A. DEFINISI
Gangguan jiwa skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang berat dan gawat yang dapat dialami manusia sejak muda dan dapat berlanjut menjadi kronis dan lebih gawat ketika muncul pada lanjut usia (lansia) karena menyangkut perubahan pada segi fisik, psikologis dan sosial-budaya. Skizofrenia pada lansia angka prevalensinya sekitar 1% dari kelompok lanjut usia (lansia) (Dep.Kes.1992).
Skizofrenia Hebefrenik adalah perilaku yang khas, regresi, primitive, afek tidak sesuai dengan karakteristik umumnya, wajah dungu, tertawa aneh, menangis dan menarik diri secara ekstrim (Mary C. Towsend dalam Novy Helena C, 1998 : 143).
Skizofrenia Hebefrenik adalah Percakapan dan perilaku yang kacau, serta afek yang datar atau tidak tepat, gangguan asosiasi juga banyak terjadi. (Ann Isaac, 2004 : 153).

B. ETIOLOGI
1) Faktor Predisposisi
Beberapa faktor predisposisi yang berkontribusi pada munculnya respon neurobiologi seperti pada harga diri rendah antara lain :
a) Faktor Genetis
Telah diketahui bahwa secara genetis skizofrenia diturunkan melalui kromosom-kromosom tertentu. Tetapi kromosom yang ke berapa menjadi faktor penentu gangguan ini sampai sekarang masih dalam tahap penelitian.
Diduga letak gen skizofrenia ada dikromosom no. 6 dengan kontribusi genetik tambahan no. 4, 8, 15 dan 22. Anak kembar identik memiliki kemungkinan mengalami skizofrenia sebesar 50% jika salah satunya mengalami skizofrenia, sementara jika dizigot peluangnya sebesar 15%. Seorang anak yang salah satu orang tuanya mengalami skizofrenia, sementara bila kedua orang tuanya skizofreia maka peluangnya menjadi 35%.
b) Faktor Neurologis
Ditemukan bahwa korteks prefrotal dan korteks limbik pada klien skizofrenia tidak pernah berkembang penuh. Ditemukan juga pada klien skizofrenia terjadi penurunan volume dan fungsi otak yang abnormal. Neurotransmiter yang ditemukan tidak normal khususnya dopamine, serotonine, dan glutamat.
c) Studi Neurotransmiter
Skizofrenia diduga juga disebkan oleh adanya ketidakseimbangan neurotransmiter dopamine yang berlebihan.
d) Teori Virus
Paparan virus influenza pada trimester 3 kehamilan dapat menjadi factor predispossisi skizofrenia.
e) Psikologis
Beberapa kondisi psikologis yang menjadi faktor predisposisi skizofrenia antara lain anak yang diperlakukan oleh ibu pencemas, terlalu melindungi, dingin dan tidak berperasaan, sementara ayah yang mengambil jarak dengan anaknya.

2) Faktor Presipitasi
Faktor-faktor pencetus respon neurobiologis meliputi :
a) Berlebihannya proses inflamasi pada sistem saraf yang menerima dan memproses informasi di thalamus dan frontal otak.
b) Mekanisme penghantaran listrik di saraf terganggu.
c) Gejala-gejala pemicu seperti kondisi kesehatan, lingkungan, sikap dan perilaku.

C. TANDA DAN GEJALA
1) Inkoherensi yaitu jalan pikiran yang kacau, tidak dapat dimengerti apa maksudnya.
2) Alam perasaan yang datar tanpa ekspresi serta tidak serasi atau ketolol-tololan.
3) Perilaku dan tertawa kekenak-kanakan, senyum yang menunjukkan rasa puas diri atau senyum yang hanya dihayati sendiri.
4) Waham yang tidak jelas dan tidak sistematik tidak terorganisasi sebagai suatu kesatuan.
5) Halusinasi yang terpecah-pecah yang isi temanya tidak terorganisasi sebagai satu kesatuan.
6) Gangguan proses berfikir
7) Perilaku aneh, misalnya menyeringai sendiri, menunjukkan gerakan-gerakan aneh, berkelakar, pengucapan kalimat yang diulang-ulang dan cenderung untuk menarik diri secara ekstrim dari hubungan sosial (Dadang Hawari, 2001 :640).
Gejala-gejala pencetus respon biologis :
(1) Kesehatan : nutrisi kurang, kurang tidur, ketidakseimbangan irama sirkadian, kelelahan, infeksi, obat-obatan sistem saraf pusat, kurangnya latihan dan hambatan untuk menjangkau layanan kesehatan.
(2) Lingkungan : lingkungan yang memusuhi, masalah rumah tangga, kehilangan kebebasan hidup, perubahan kebiasaan hidup, pola aktivitas sehari-hari, kesukaran berhubungan dengan orang lain, isolasi sosial, kurangnya dukungan sosial, tekanan kerja, stigmasisasi, kemiskinan, kurangnya alat transportasi dan ketidakmampuan mendapatkan pekerjaan.
(3) Sikap/perilaku : merasa tidak mampu, putus asa, merasa gagal, kehilangan kendali diri(demoralisasi), merasa punya kekuatan berlebihan dengan gejala tersebut, merasa malang, bertindak tidak seperti orang lain dari segi usia maupun kebudayaan, rendahnya kemampuan sosialisasi, perilaku agresif, perilaku kekerasan, ketidakadekuatan pengobatan dan ketidakadekuatan penanganan gejala.

 Penyakit ini mempunyai beberapa tanda dan gejala, yang paling sering antara lain :
 Waham; yaitu suatu keyakinan yang salah yang tidak sesuai dengan latar belakang sosial budaya serta pendidikan pasien, namun dipertahankan oleh pasien dan tidak dapat ditangguhkan.
 Halusinasi; gangguan persepsi ini membuat pasien skizofrenia dapat melihat sesuatu atau mendengar suara yang tidak ada sumbernya. Halusinasi yang sering terdapat pada pasien adalah halusinasi auditorik (pendengaran). Terkadang juga terdapat halusinasi penglihatan dan halusinasi perabaan.
 Siar pikiran, yaitu pasien merasa bahwa pikirannya dapat disiarkan melalui alat-alat bantu elektronik atau merasa pikirannya dapat dibaca oleh orang lain. Terkadang pasien dapat mengatakan bahwa dirinya dapat berbincang-bincang dengan penyiar televisi maupun radio. Beberapa pasien juga mengatakan pikirannya dimasuki oleh pikiran atau kekuatan lain atau ditarik/diambil oleh kekuatan lain.

D. PSIKOFISIOLOGI
1. Tahapan halusinasi dan delusi yang biasa menyertai gangguan jiwa.
a. Tahap Comforting
Timbul kecemasan ringan disertai gejala kesepian, perasaan berdosa, klien biasanya mengkompensasikan stresornya dengan koping imajinasi sehingga merasa senang dan terhindar dari ancaman.
b. Tahap Condeming
Timbul kecemasan moderat, cemas biasanya makin meninggi selanjutnya klien merasa mendengarkan sesuatu, klien merasa takut apabila orang lain ikut mendengarkan apa-apa yang ia rasakan sehingga timbul perilaku menarik diri ( with drawl ).
c. Tahap Controling
Timbul kecemasan berat, klien berusaha memerangi suara yang timbul tetapi suara tersebut terus menerus mengikuti, sehingga menyebabkan klien susah berhubungan dengan orang lain. Apabila suara tersebut hilang klien merasa sangat kesepian atau sedih.
d. Tahap Conquering
Klien merasa panik, suara atau ide yang datang mengancam apabila tidak diikuti perilaku klien dapat bersifat merusak atau dapat timbul perilaku suicide.
2. Waham

Kelompok ini ditandai secara khas oleh berkembangnya waham yg umumnya menetap dan kadang-kadang bertahan seumur hidup.
Waham dapat berupa waham kejaran, hipokondrik, kebesaran, cemburu, tubuhnya dibentuk secara abnormal,merasa dirinya bau dan homoseks.
Tidak dijumpai Gangguan lain, hanya depresi bisa terjadi secara intermitten.Onset biasanya pada usia pertengahan, tetapi kadang-kadang yg berkaitan dgn bentuk tubuh yang salah dijumpai pada usia muda.
Isi waham dan waktu timbulnya sering dihubungkan dengan situasi kehidupan individu, misalnya waham kejaran pada kelompok minoritas.
Terlepas dari perbuatan dan sikapnya yang berhubungan dengan wahamnya, afek dan pembicaraan dan perilaku orang tersebut adalah normal.Waham ini minimal telah menetap selama 3 bulan.

E. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah awal dan dasar dalam proses keperawatan, dimana semua informasi klien yang dibutuhkan dikumpulkan untuk menentukan masalah keperawatan klien.
a. Pengumpulan Data
1) Sumber Data
a) Sumber data primer, yaitu klien yang merupakan sumber utama.
b) Sumber data sekunder, yaitu keluarga, kerabat, tenaga kesehatan (dokter dan tenaga perawatan), catatan dokumentasi medis klien, hasil – hasil pemeriksaan laboratorium, rontgen dan lain – lain.
2) Metode Pengumpulan Data
a) Wawancara
b) Observasi
c) Pemeriksaan fisik
d) Studi dokumentasi

Metode wawancara, observasi dan pemeriksaan fisik dapat dilakukan dalam waktu yang bersamaan tergantung kondisi klien.
Adapun komponen data yang perlu dikaji pada klien skizofrenia hebefrenik antara lain:
1) Identitas klien
2) Identitas informan atau yang bertanggung jawab terhadap klien
3) Keluhan utama
4) Riwayat perjalanan penyakit
5) Riwayat kekambuhan terakhir
6) Pertumbuhan dan perkembangan premorbid
7) Persepsi dan harapan klien dan keluarga
8) Keadaan kesehatan fisik
a) Masalah – masalah kesehatan sebelumnya, riwayat alergi, pengobatan
b) Kebiasaan – kebiasaan kesehatan sekarang
(1) Penampilan dan kebersihan diri.
Klien skizofrenia menunjukkan penurunan minat terhadap penampilan dan kebersihan dirinya. Ini tampak pada penampilan yang acak – acakan. Badan tampak kotor.
(2) Kebiasaan merokok dan minum – minuman keras.
(3) Tidur dan istirahat :
Klien dapat sulit tidur. Adanya halusinasi dapat menyebabkan kecemasan, klien mendengar suara – suara yang mengganggu atau mengancam dirinya. Klien sering bermimpi buruk sehingga terbangun dan sulit tidur lagi, dan sering dia berada dalam keadaan terjaga.
(4) Nutrisi
Menurunnya kemauan dan meningkatnya aktivitas motorik menyebabkan klien tidak mau makan. Porsi makan utuh/makan sedikit, dapat pula klien menolak makan karena adanya halusinasi yang melarangnya makan.
(5) Pola eliminasi.
(6) Aktivitas hidup sehari – hari yang berkaitan dengan dorongan inisiatif. Pada keadaan kronis, klien tidak dapat melakukan fungsi dasar mandiri, misalnya mandi, berpakaian dan sebagainya. Hal ini dapat sangat mengganggu pekerjaan atau fungsi peran lainnya.
Keadaan ini dapat berupa minat yang tidak adekuat atau tidak mampu menjalankan suatu tindakan/tugas hingga penyelesaian yang logis. Bila terjadi ambivalensi hebat dapat menjadikan klien terhenti sama sekali dari aktivitas yang bertujuan.
c) Pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaan laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya dan program terapi yang didapat
9) Status Mental
a) Afek / Emosi
- Afek datar : tidak ada tanda ekspresi afektif, suatu monoton, da wajahnya imobil.
- Afek yang tidak serasi : tidak sesuai dengan rangsangan, misalnya orang yang disekitarnya ramai tertawa karena ada kelucuan tetapi klien malah menunjukkan kesedihan/menangis.
- Keadaan emosi yang berlebihan sehingga kelihatannya seperti dibuat – buat, misalnya dari keadaan gembira seketika itu berubah menjadi sedih.
b) Konsep Diri
Konsep diri kacau dan tidak realistik. Klien mempunyai perasaan rendah diri, menganggap dirinya tidak mampu mengatasi kekurangannya, tidak ingin melakukan sesuatu hal untuk menghindari kegagalan (takut gagal). Klien menghinakan, menyalahkan dirinya atas suatu hal yang pernah atau tidak pernah dilakukannya.
Tidak punya keinginan/cita – cita, merasa diri tidak berdaya, sakit sehingga tidak dapat melakukan peranannya. Dapat terjadi klien merasa asing dengan dirinya, merasa bahwa dirinya sudah menjadi yang lain.
c) Gaya Komunikasi
(1) Gaya verbal klien
Inkoherensi menyebabkan klien banyak bicara yang tak bisa dimengerti, berteriak – teriak tanpa sebab. Isi pembicaraan sedikit, tersamar, abstrak atau sangat konkret.
(2) Respon non verbal klien
- Pandangan mata terkesan kosong
- Tidak ada kontak mata
- Tersenyum – senyum, tertawa kecil tanpa adanya rangsang, atau ekspresi wajah sedih
d) Interaksi/hubungan dengan dunia luar.
Adanya kecenderungan menarik diri dari keterlibatannya dari dunia luar dan berpreokupasi dengan idenya yang tak logis. Gila parah kondisi itu dinamakan autisme. Orang lain akan nampak sibuk dengan dunianya sendiri, tidak terpengaruh dengan orang lain.
e) Pola pertahanan diri.
Mekanisme pertahanan regresi (kekanak – kanakan), misalnya klien menjadi tergantung pada orang lain dalam memenuhi kebutuhannya.
f) Persepsi sensorik.
Klien skizofrenia hebefrenik sering mengalami gangguan persepsi sensorik berupa ilusi/halusinasi, terutama halusinasi dengar, dimana klien akan tampak berbicara sendiri atau tertawa sendiri.
g) Motorik.
Aktivitas psikomotorik yang abnormal, tidak bertujuan seperti berlari – lari jalan mondar – mondir, menggoyang – goyangkan badannya, memukul – mukul tanpa sebab, atau imobilitas yang apatis. Hal ini umumnya disebabkan adanya halusinasi, kecemasan yang meningkat, kebingungan, atau adanya dorongan yang tidak dapat dikontrol.
h) Orientasi.
Pada periode kekambuhan, klien dapat bingung, tidak mengenal orang, waktu atau tempat dimana ia berada.
i) Pikiran.
Gangguan pada isi pikir dapat berupa waham yang tidak sistematis, mudah berubah. Klien merasa bahwa perasaannya, dorongan pikirannya atau tindakannya dipaksakan dari luar kepada dirinya. Adanya preokupasi, yaitu pikiran terpaku pada sebuah ide biasanya berkaitan dengan keadaan emosional yang kuat, misalnya preokupasi dengan anaknya, suami yang sudah meninggal. Klien dapat merasakan kekhawatiran yang berlebihan tentang kesehatan fisiknya. Untuk gangguan pada bentuk dan arus pikir yang sering ditemukan adalah kelonggaran asosiasi, dimana ide – ide berpindah dari satu subjek ke subjek lain yang sama selalu tidak ada hubungan atau hubungannya tidak tepat, dan hal lain tidak disadarinya. Apalagi pelonggaran asosiasi ini terlalu berat dapat terjadi inkoherensi, percakapan yang tidak dapat dimengerti. Dapat pula terjadi miskinnya isi pembicaraan dimana isi pembicaraannya masih cukup tetapi isinya sedikit karena samar, abstrak, atau sangat konkret, berulang – ulang (stereotipik). Hambat pikir (blocking) dapat pula terjadi, yaitu jalan pikiran tiba-tiba berhenti di tengah sebuah kalimat. Klien tidak dapat menerangkan mengapa ia berhenti. Gangguan lain berupa irelevasi, isi pikiran atau ucapan yang tidak ada hubungannya dengan pertanyaan, atau dengan hal yang sedang dibicarakan.
j) Insight (penghayatan) : tingkat penghayatan terhadap kondisi dirinya dan kebutuhannya. Klien merasa dirinya tidak sakit atau bahkan merasa dirinya sakit parah. Klien dapat menyadari atau tidak menyadari akan faktor – faktor yang mempengaruhi tingkah lakunya, sehingga adakalanya ia tidak mampu bereaksi sesuai dengan realitas dan bertanggung jawab.
10) Data Sosial Budaya
a) Pendidikan dan pekerjaan.
b) Hubungan social klien
c) Faktor sosio budaya.
d) Gaya hidup klien.
e) Pengkajian keluarga.
(1) Genogram keluarga dari tiga generasi
(2) Riwayat sakit jiwa dalam keluarga
(3) Komunikasi dan interaksi keluarga
(4) Permasalahan keluarga :
11) Data Spiritual
a) Keyakinan klien tehadap sakitnya
b) Kepercayaan, nilai, norma yang dimilikinya
c) Keyakinan terhadap tuhan
d) Adanya kehilangan orang terdekat/kematian dan dampaknya terhadap klien.
b. Analisa Data
Analisa data berarti mengaitkan, menghubungkan data yang diperoleh dengan konsep teori, prinsip yang relevan untuk mengetahui masalah kesehatan klien.
Pengelompokkan data :
1) Berteriak – teriak tanpa sebab :
Kemungkinan penyebab :
- Ketidakmampuan mengendalikan dorongan dari dalam dirinya.
Masalah :
- Kegelisahan motorik.
Aktvitas motorik, abnormal yang tidak bertujuan, seperti berlari – lari, mondar – mandir, menggoyang – goyangkan badannya, memukul – mukul tanpa sebab. Adanya perasaan bahwa pikiran, perasaan, dorongan , atau tindakannya dipaksakan dari luar kepada dirinya. Kebingungan
Kemungkinan penyebab :
- Adanya ilusi/halusinasi
Masalah :
- Kegelisahan motorik
2) Menganggap dirinya tidak mampu mengatasi kekurangannya, takut gagal, menghina dan menyalahkan diri atas suatu hal yang pernah atau tidak pernah dilakukannya. Tidak punya keinginan/cita-cita, merasa diri tak berdaya, sakit. Ekspresi wajah sedih.
Kemungkinan penyebab :
- Perasaan bersalah yang berlebihan
- Merasa dirinya sakit
Masalah :
- Harga diri rendah
3) Kecenderungan menarik diri dari keterlibatannya dengan dunia luar dan berpreokupasi dengan idenya yang tidak logis.
Orang lain memberi komentar bahwa klien tampaknya sibuk dengan dunianya sendiri, tidak terpengaruh dengan orang lain.
Pandangan matanya terkesan kosong, tidak ada kontak mata.
Tersenyum – senyum atau tertawa kecil tanpa ada rangsang.
Tampak berbicara sendiri atau tertawa sendiri.
Kemungkinan penyebab :
Masalah : -
4) Tidak mau makan
Porsi makan utuh/makan sedikit, menolak makan karena adanya halusinasi yang melarangnya makan.
Aktivitas motorik meningkat.
Kemungkinan penyebab :
- Kurangnya nafsu makan
- Tidak ada minat terhadap kebutuhan diri
- Aktivitas motorik yang meningkat
Masalah :
- Cenderung kurang gizi dan cairan
5) Sulit tidur
Adanya suara – suara yang mengganggu/mengancam dirinya.
Sering bermimpi buruk sehingga terbangun dan sulit untuk tidur lagi.
Klien sering berada dalam keadaan terjaga.
Kemungkinan penyebab :
- Kecemasan.
Masalah :
- Kurang tidur.
6) Tidak mampu menjalankan tindakan/tugas hingga penyelasaian yang logis.
Terhenti sama sekali dari aktivitas yang bertujuan.
Penampilan acak – acakan, kotor.
Klien tidak dapat melakukan fungsi dasar secara mandiri, seperti : mandi, berpakaian dan sebagainya.
Kemungkinan penyebab :
- Tidak ada minat.
Masalah :
- Kemampuan melaksanakan aktivitas sehari – hari kurang
7) Kekhawatiran keluarga terhadap keadaan klien yang sering kambuh.
Menanyakan hal – hal yang sama berulang – ulang meski telah diberi penjelasan.
Ekspresi emosi yang tinggi, yang dimanifestasikan dengan sikap mengkritik dan banyak melibatkan diri dengan klien.
Kemungkinan penyebab :
- Penyakit jiwa yang diderita anggota keluarga.
Masalah :
- Kecemasan keluarga.

F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan adalah penyataan yang jelas mengenai masalah kesehatan klien yang ditetapkan berdasarkan analisis dan interpretasi data yang diperoleh melalui pengkajian data, dan masalah itu dapat diatasi dengan tindakan keperawatan.
Dalam perumusan terdiri dari :
Problem, etiologi dan symptom. Namun dapat pula terdiri dari problem dan etiologi saja, terutama untuk doagnosa keperawatan yang potensial. Dibawah ini adalah diagnosa keperawatan yang biasanya terjadi pada klien skizofrenia hebefrenik :
1) Kegelisahan motorik berhubungan dengan ketidakmampuan mengendalikan dorongan dari dalam dirinya, ditandai dengan berlari – lari, mondar – mandir, menggoyang – goyangkan badan, memukul – mukul tanpa sebab.
2) Kontak sosial kurang, berhubungan dengan menarik diri ditandai dengan klien cenderung menarik diri dari keterlibatannya dengan dunia luar dan berpreokupasi dengan idenya yang tidak logis.
3) Cenderung kekurangan gizi dan cairan berhubungan dengan tidak ada nafsu makan, ditandai dengan tidak mau makan. Porsi makan utuh.
4) Kurang tidur sehubungan dengan perasaan cemas, ditandai dengan sulit tidur, sering berada dalam keadaan terjaga.
5) Kemampuan melaksanakan aktivitas sehari – hari kurang berhubungan dengan tidak ada minat, ditandai dengan : tidak dapat mandi dan berpakaian sendiri.
6) Kecemasan keluarga berhubungan dengan penyakit jiwa yang diderita anggota keluargannya, ditandai dengan : sikap mengkritik dan banyak melibatkan diri dengan klien.



G. INTERVENSI
Adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan yang telah ditentukan, dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan klien.
Ada tiga unsur dalam perencanaan yaitu :
a. Memprioritaskan masalah
Prioritas tertinggi diberikan kepada masalah yang mengancam kehidupan klien.
b. Perumusan tujuan
Tujuan dapat ditetapkan dalam bentuk jangka panjang atau jangka pendek, dan harus jelas, dapat diukur realistis. Tujuan juga harus diselaraskan dalam konteks hubungannya dengan standar profesi, tradisi, kebijaksanaan, institusi serta peraturan dan hukum.
c. Penentuan tindakan keperawatan untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar