Selasa, 20 Oktober 2009

SKIZOPHRENIA RESIDUAL

A. DEFINISI
Skizophrenia adalah suatu penyakit otak persinten dan serius yang mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam memproses informasi, hubungan interpersonal, serta memecahkan masalah. (Stuart, 2006).
Skizophrenia adalah merupakan satu gangguan yang psikotik yang kronik, sering mereda, namun timbul hilang dengan manifestasi klinis yang amat luas variasinya. (Kaplan dan Sadock, 1998).
Skizofrenia residual, merupakan keadaan skizofrenia dengan gejala-gejala primernya Bleuler, tetapi tidak jelas adanya gejala-gejala sekunder. Keadaan ini timbul sesudah beberapa kali serangan skizofrenia, (Maramis, 2004).
Suatu stadium kronis dalam perkembangan suatu gangguan skizofrenia dimana telah terjadi progresi yang jelas dari stadium awal (terdiri dari satu atau lebih episode skizofrenia dengan gejala-gejala yang menonjol).
Perilaku pada skizofrenia residual eksentrik tetapi gejala psikosis pada saat dirawat tidak menonjol.

B. ETIOLOGI
Penyebabnya tidak diketahui dan merupakan suatu tantangan riset yang dilakukan dan telah banyak faktor predisposisi dan presipitasi yang diketahui.
Herediter pentingnya faktor genetika dibuktikan secara memungkinkan resiko masyarakat umum 1%, Pada orang tua resiko Skizoprenia 5%, pada saudar kandung 8% dan pada anak–anak 10%.
Lingkungan gambaran pada penderita kembar seperti kembar identik 40% sampai 65% berpeluang menderita skizofrenia, sedangkan kembar dizigotik 12%, ini menunjukan bahwa lingkungan juga cukup berperan dalam menampilkan penyakit pada individu yang memiliki predisposisi dari faktor genetika.
Emosi yang diekspresikan, jika keluarga Skizoprenia memperlihatkan emosi yang diekspresikan secara berlebihan, misal klien sedang di omeli atau terlalu banyak dikekang dengan aturan–aturan yang berlebihan maka kemungkinan kambuh lebih besar.
C. TANDA DAN GEJALA
Suatu stadium kronis dari skizofrenia yg lebih lanjut ditandai dgn gejala negatif yg panjang, walaupun belum tentu irreversibel.
Gejala negatif :
 perlambatan psikomotor
 aktivitas menurun
 afek tumpul
 sikap pasif tak punya inisiatif, tak punya minat dan energi sama sekali
 banyak diam
 perawatan diri buruk
 kinerja sosial buruk.
(Hal ini dapat karena akibat traumatis masa kecil, contohnya seorang anak yang normal tanpa cacat dilidah namun ia mengalami penyiksaan berupa ancaman dijebloskan kesumur oleh orang tuanya. Akhirnya hingga dewasa mengalami kebisuan dan gagu padahal secara medis bagian panca indranya tidak mengalami kerusakan, namun bagian neuroleptikanya memerlukan terapi authisme sehingga dapat kembali berbicara normal, Selain faktor traumatik hal ini juga diakibatkan faktor lingkungan dan faktor sosial yang buruk).


E. PROSES KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian dilakukan dengan wawancara dan observasi kepada klien dan keluarga yang menghantar. Pengkajian pertama kali dilakukan secara lengkap guna menggali informasi yang dibutuhkan untuk terapi guna kesembuhan klien.
Beberapa hal yang dapat dikaji kepada klien antara lain :
a. Identitas
Meliputi :
 Nama
 Umur
 Jenis kelamin
 Alamat
 Pekerjaan yang bertanggung jawab
b. Alasan masuk
Meliputi :
 Penyebab klien masuk rumah sakit
 Usaha yang sudah dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut dan hasilnya.
c. Faktor Predisposisi
Meliputi :
 Riwayat penyakit masa lalu dan hasil pengobatan sebelumnya.
 Riwayat penyakit keluarga
 Riwayat trauma yag pernah dialami
 Masalah keperawatan yang muncul
d. Faktor fisik
Meliputi :
 Tanda-tanda vital ( tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan )
 Tinggi dan berat badan
 Masalah keperawatan yang muncul
e. Faktor psikososial
 Genogram
 Menggambarkan hubungan klien dengan keluarga minimal 3 generasi keatas
 Masalah keperawatan yang muncul
 Konsep diri
Gambaran diri
Identitas diri
Ideal diri
Harga diri
Masalah keperawatan yang muncul
 Hubungan Sosial
Orang yang berarti dalam hidupnya
Kelompok yang berarti dalam masyarakat
Keterlibatan klien dalam kelompok tersebut
 Spiritual
Nilai dan keyakinan
Kegiatan ibadah
Masalah keperawatan yang muncul
 Status mental
Penampilan
Pembicaraan
Aktivitas motorik alam perasaan
Waham
Isi pikir
Tingkat kesadaran
Memori
Tingkat konsentrasi dan berhitung
 Kebutuhan persiapan pulang
Makan
BAK / BAB
Mandi
Berpakaian
Pemeliharaan kesehatan di dalam rumah

G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko kekerasan terhadap diri sendiri dan orang lain b.d status emosional.
2. Isolasi sosial b.d kurang rasa percaya diri kepada orang lain, sukar berinteraksi dengan orang lain
3. Perubahan persepsi sensorik (pendengaran) b.d halusinasi,panik,stess berat.

Diagnosa Keperawatan Perencanaan
Tujuan & Kriteria hasil Tindakan Keperawatan
Isolasi sosial b.d kurang rasa percaya diri kepada orang lain, sukar berinteraksi dengan orang lain TUPAN:
pasien dapat secara sukarela meluangkan waktu bersama pasien lain dan perawat dalam aktifitas kelompok di unit rawat inap.

TUPEN:
Pasien masuk dalam terapi aktifitas dalam satu minggu.

Kriteria hasil :
a. Pasien dapat mendemonstrasikan keinginan dan hasrat untuk bersosialisasi dengan orang lain.
b. Pasien dapat mengikuti aktifitas kelompok tanpa di suruh.
c. Pasien melakukan interaksi satu-satu dengan orang lain dengan cara yang sesuai atau dapat diterima.
Atur setiap hari, rencana waktu untuk berinteraksi dan beraktivitas dengan klien.



Dentifikasi factor signifikan support individu klien dan mendorong mereka untuk berinteraksi dengan klien, percakapan ditelepon, beraktifitas dan mengunjunginya.

Bantu klien membedakan antara isolasi sosiol dan hasrat untuk mandiri.


Bantu klien menemukan klien lain untuk sosialisasi dengan orang yang memiliki kesukaan yng sama.

Perlihatkan sikap menerima dengan cara melakukan kontak yang sering tapi singkat.

Perlihatkan penguatan positif pada klien.

Temani klien untuk memperlihatkan dukungan selama aktifitas kelompok yang mungkin merupakan hal yang menakutkan atau sukar untuk pasien.

Jujur dan menepati janji

Gangguan komunikasi verbal b.d menarik diri TUPEN :
Klien dapat menunjukan kemampuan berkomunikasi pada 1 topik, klien dapat melakukan kontak mata.
TUPAN:
Klien dapat berkomunikasi verbal dalam suatu lingkungan.
KH :
- Klien dapat berkomunikasi secara verbal
- klien mengetahui bahwa disorganisasi pikiran dan kelainan komunikasi verbalterjadi saat peningkatan ansietas. Melakukan TAK untuk melatih komuniksai klien

Memperkenalkan aktfitas yang bersifat kelompok

Tidak ada komentar:

Posting Komentar